SIDOARJO,Kompasnews9.com – Para pemilik lapak yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Pasar Taman (P3T) mengaku sudah hampir kehabisan asa untuk memperjuangkan nasibnya. Sejak 2021 hingga saat ini upaya yang mereka lakukan untuk mendapatkan penghasilan yang layak masih belum berhasil.

Sekretaris P3T, Nanang Kristyono, kondisi pasar Taman saat ini sangat sepi. Hampir tak ada pembeli yang masuk menyusuri lorong-lorong pasar untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, baik sayur, buah maupun berbagai macam daging dan ikan.
“Orang-orang itu lebih enak beli ke PKL yang ada di luar pasar. Karena semuanya ada di sana. Nggak pakai parkir, langsung transaksi di pinggir jalan terus pergi lagi. Sedangkan dagangan kami yang ada di dalam pasar jadi sepi,” imbuhnya saat ditemui di lapaknya Senin (25/08/2025) tadi.
Fenomena itu sudah berlangsung bertahun-tahun sehingga banyak pedagang pemilik kios yang ada di dalam pasar merugi. Merekapun gulung tikar dan memilih meninggalkan lapak mereka begitu saja. Akibatnya bagian dalam Pasar Taman itu pun kosong melompong.
“Kalau begini terus, lama-lama kami semua juga akan gulung tikar. Padahal kami sudah bayar uang sewa lapak ke Pemkab Sidoarjo setiap tahunnya,” keluh Nanang yang diamini teman-temannya sesama pengurus P3T.
Sebaliknya, jumlah PKL di luar pasar malah makin bertambah setiap harinya karena mereka bisa menggelar dagangannya tanpa harus membayar uang sewa pada Pemkab melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Sidoarjo. ”Sekarang ini jumlahnya antara 80 sampai 100 PKL,” jelas pedagang buah-buahan segar itu.
Pihaknya sudah berusaha mengadukan masalah itu pada pihak-pihak yang terkait. Mulai dengan Camat dan unsur Forkopimka sampai di forum hearing dengan pimpinan DPRD Sidoarjo beberapa tahun lalu.
”Dulu sempat dijanjikan akan menertibkan para PKL itu. Kami menyarankan agar mereka diminta masuk ke lapak-lapak yang kosong di dalam pasar. Tapi janji itu palsu. Sampai sekarang tidak ada tindakan apapun dari pemerintah sehingga semakin banyak pedagang pasar yang bangkrut,” ucapnya penuh prihatin.
Sebaliknya para PKL yang tak memberikan kontribusi apapun pada Pemkab Sidoarjo justru semakin berjaya. Kabar yang diterima pengurus P3T, lokasi dagang PKL itu bahkan sampai bisa diperjual-belikan senilai jutaan rupiah per titiknya.
Meski begitu upaya mereka untuk mempertahankan hajat hidup itu terus dilakukan. Mereka pun coba ngbrol dengan Cak Sholeh, pengacara sekaligus tiktoker bertajuk ’No Viral No Justice’ di Posko Jatim menggugat depan Gedung Grahadi Surabaya beberapa waktu lalu.
Melalui program acara di platform media sosial tersebut, Nanang dan teman-temannya curhat tentang kondisi mereka yang semakin terpuruk.
Tentang hal itu, Cak Sholeh mengatakan keberadaan PKL liar itu tidak saja merugikan pedagang di dalam pasar tetapi juga menganggu fungsi jalan karena kerap menimbulkan kemacetan lalu lintas yang parah di ruas jalan tersebut.
Karena itu pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pengacara tersebut mendesak Pemkab Sidoarjo, terutama Bupati dan Disperindag untuk segera melakukan tindakan tegas dalam bentuk penertiban PKL liar di depan Pasar Taman.
“Bagaimana mereka juga rakyat yang butuh makan. Yang penting harus berkeadilan antara PKL dengan pedagang resmi yang punya lapak di dalam pasar. Viralkan ini agar Pemkab Sidoarjo segera bertindak,” ujarnya tegas.(andigo)




